Arsip

Daily Archives: Desember 16, 2012


T : teman

A : Aku

 

T : kak qida, aku baru pulang abis jalan-jalan sama orangtuaku yang tumben akur sekali haha

A : Kok tumben sih? Justru harusnya alhamdulillah dong? Gimana keluarga, mami, adik sehat semua kan?

T : Iya Alhamdulillah, kemarin habis berantem hehe ini udah baikan. Dan ini pertama kalinya setelah sekian lama kita pergi lengkap.hehe

 

T : Qid ini nih keluarganya papa aku yang suka bikin mama aku marah-marah dan berantem sama papa, gara2 suka minta2 uang ke papa, mereka males kerja qid (sambil nunjukin DP BBM seseorang). Suka sedih kalau mama sama papa berantem gara-gara hal semacam ini.

A : Coba lihat, kamu udah coba ngobrol baik-baik sama papa? Mereka jangan terbiasa dimanja, biarkan usaha, jangan bergantung terus sama orang lain, apalagi udah punya keluarga. Wajar sih kalau mamamu marah, coba ditenangin, coba jadi penengah yang baik

T : bla bla bla..

Kadang dari cerita orang lain, kita bisa lebih banyak belajar menghadapi masalah, menyelesaikan, dan kemudian mencegahnya. Begitu rumit yah ternyata problematika rumah tangga :’D

 


Perubahan itu hadir dari diri kita, bukan dari orang lain yang datang untuk merubah kita, karena mereka yang menanti perubahan dari orang lain adalah tanda mereka yang akan ditinggalkan oleh zaman, maka dari itu, jika tidak ingin dirubah oleh zaman, ubahlah zaman.

Az Zubair, Abdurrahman bin auf mereka adalah bagian dari contoh dimana kesuksesan sebagai saudagar  di dunia tidak menghalangi mereka menjadi saudagar kaya di akhirat nanti, sukses dunia dan akhirat.  Perlu belajar untuk menjadi orang-orang besar seperti mereka, bagaimana mereka bisa memandang atau merengkuhnya atau menjalankan semuanya dalam waktu yang sama, menjadi ulama, menjadi mujahid, menjadi saudagar kaya dalam satu waktu.

Menjadi saudagar kaya atau menjadi mujahid atau menjadi ulama nantinya, bukan lah sebuah pilihan, dalam hal ini pola pikir harus diubah, hal semacam ini jangan dipertentangkan, karena islam menganjurkan, bukan untuk memilih mana yang ingin kita lakukan, tapi mengambil kesemuanya, karena orang yang paling baik adalah yang paling berguna bagi masyarakat, ilmu berguna, harta pun berguna

Konsep yang Allah gariskan dalam sebuah ayat adalah, Allah yang telah menciptakan kalian dari tanah, dan Allah memerintahkan kalian untuk memakmurkan bumi, begitu juga perdagangan. Harusnya sebagai pedagang , kita perlu menujukkkan upaya konkrit kita untuk memakmurkan bumi, bukan hanya mengeruk kepentingan pribadi. Perdagangan bukanlah bagaikan hutan rimba, yang kuat akan menang dan yang lemah menyingkir. Karena hukum dalam perdagangan harus mutualisme, saling menguntungkan, tidak monopoli, dimana meraih keuntungan dengan mencelakakan umat lainnya. Ini merupakan cara keji, dimana bukan memakmurkan bumi, tapi justru menggersangkan.

Islam mengajak kita untuk berperan aktif dalam roda ekonomi, maka dalam suatu riwayat di nyatakan, orang yang monopoli akan mendapatkan laknat, sedangkan oang yang proaktif, menjemput barang kepasar ia akan ‘marzuk’, mendapatkan rejeki. Perilaku para pedagang yang curang atau dilaknat Allah dinyatakan dalam hadist, terjadinya paceklik itu merupakan ulah dari para pedagang yang menyebabkan Allah murka. Dan sadarilah, kenakalan dalam berdagang itu berdampak pada susahnya hidup dan beratnya beban hidup.

Sampai saat ini banyak yang berpikir bahwa dunia usaha hanya milik mereka yang lahir dari keluarga kaya, yang memiliki modal besar. Selama kita tetap memiliki pola pikir seperti itu, kita tidak akan pernah menjadi pengusaha, karena menjadi pengusaha memerlukan mentalitas yang kuat. Karena bisnis itu bukan hanya modal, tetapi pola pikir dan mentalitas, karena banyak orang yang memiliki modal besar tapi gagal karena tidak memiliki mentalitas sebagai pengusaha. Rezeki manusia sudah ada ketetapannya, semuanya memiliki garis rezeki masing-masing, jangan pernah berpikir mereka yang berasal dari keluarga miskin akan menjadi orang miskin, kaena rezeki tidak melihat nasab, dan AL Qur’An pun tak pernah mengatur bahwa si A lah yang akan menjadi orang kaya dan si B lah yang akan menjadi orang miskin. Jadi, mulai saat ini, tanamkan lah pada diri berupa mental untuk menjadi orang kaya dan suskses.

Yang dinamakan rejeki adalah harta yang anda dapat setelah jerih payah, karena Allah memerintahkan ibtahu “cari lah, upayakan lah”, karena itu untuk menjadi orang yang meraih sukses dalam dunia usaha itu harus di upayakan bukan dinantikan.  Karenanya kita harus berperan aktif untuk turun menggerakkan roda ekonomi, jangan hanya menanti, Allah swt mengatakan : Dalam urusan rezeki, Allah sengaja membuat dunia ini berfariasi,  ada begitu banyak pintu rezeki,  dan Allah memerintahkan untuk kita saling memanfaatkan bukan saling membunuh karakter atau saling memakan.

Ekonomi itu adalah take and give, saling memberi, kita jangan hanya bisa menjadi konsumen, menanti dan menanti, karena Allah memerintahkan kita untuk saling memanfaatkan, memanfaatkan peluang, sebagaimana kehadiran kita menjadi peluang bagi orang lain. Karena siapapun yang hadir di dunia ini adalah peluang bisnis bagi anda, tergantung anda jeli membacanya atau tidak. Sebagai seorang pengusaha, kita harus optimis dalam membaca peluang, karena siapapun yang hadir bukan lah ancaman yang merupakan wujud dari tutupnya pintu rejeki, jika semakin banyak persaingan, janganlah pesimis, justru itu akan membuka peluang baru untuk kita. Persaingan bukanlah ancaman, melainkan tantangan. Sebagai contoh, Jika kita berjualan bakso, muncul lah penjual bakso baru disebelah kita, kemudian muncul lagi penjual bakso disebelahnya, ketika persaingan semakin ketat, kenapa anda tidak berpikir bahwa pedagang bakso membutuhkan gilingan daging, itu merupakan peluang baru, pedagang bakso, juga butuh mie, sawi, anda memiliki peluang untuk menjadi supplier mie, sawi. Itulah bukti yang allah katakan, bahwa jangan pernah takut dengan pesaing, karena justru mereka akan datang dengan membawa peluang baru untuk kita.

Islam menyadari bahwa dunia usaha adalah dunia yang bengis, dunia usaha itu tanpa ampun. Ketika anda produksi barang, cacat, konsumen tidak akan membeli, bahan baku sudah terlanjur diolah, itulah tidak ada ampun. Gagal ya brarti rugi, tidak laku ya brarti rugi. Karena islam memandang dunia usaha itu kejam tanpa ampun, maka islam membuka pintu-pintu lain yaitu pintu sosial, Islam menyediakan zakat, kifarat, fidyah, sebagai upaya pancing bagi mereka yang tertinggal dalam roda ekonomi. Karena dengan upaya yang kecil ini, mereka akan bisa kembali ke roda ekonomi kembali. Ketika mereka menjadi kaya, mereka harus memberikan kail kembali kepada kompetitornya yang telah ditinggalkan jauh untuk mereka yang tertinggal oleh roda ekonomi, sehingga mereka bisa memulai kembali dan bersaing kembali. Zakat, fidyah, infaq adalah upaya islam untuk menjaga perputaran di roda ekonomi supaya tetap berkesinambungan. Tidak akan ada orang yang mati kelaparan dan mati kehausan ditengah umat islam, andai ia benar2 menjalankan syariaatnya, yaitu berzakat.

Dalam berdagang, silahkan lah menawar habis-habisan, tapi ketika bersedekah, jangan pernah menawar, jangan hitung-hitungan, jika tak ingin Allah hitung-hitungan dalam memberi rezeki kepada kita.

Dunia ini tidak pernah pergi, tapi yang pergi adalah manusianya. Rasulullah pernah berkata, tidak kah kalian berpikir, rejeki yang allah berikan pada manusia pertama hingga kini tak pernah habis, karena semuanya berputar. Ketika anda mati, anda tidak akan membawanya. Sekarang milik anda, besok milik dia, besoknya lagi bisa menjadi anak keturunan anda. SDA itu tidak pernah habis, tapi nalar manusia yang akan habis. Karena itu roda ekonomi islam tidak boleh berhenti berputar.

Minyak tidak aka pernah habis, hanya saja allah mengeluarkannya dalam bentuk sedikit, karena akan celaka ketika allah mengeluarknnya secara berlebihan. Semua sengaja Allah batasi, tidak dikeluarkan setiap saat, semuanya terukur dan terkadar supaya manusia tidak celaka. Karena itu, isu soal keterbatasan SDA tidak sepantasnya kita pikirkan atau membuat kita gundah, namun yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara mensiasati rejeki yang terbatas ini.

Allah berjanji  :

“Tidak lah kami turunkan rejeki ini dalam keadaan yang terukur “

“ Tidak lah ada makluk dalam dunia ini kecuali Allah telah menanggung rejekinya”

Karena rejeki itu tumbuh sejajar, sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Lihatlah ketika penduduk indonesia membludak, justru menjadikan Indonesia makmur dan barokah. Tidak akan terjadi ketimpangan antara rejeki dan jumlah penduduk. Jangan pernah takut miskin, jangan pernah pula takut tua, karena masa tua itu bukan untuk ditakuti, tapi untuk disiasati 🙂

– Dr. Muhammad Arifin Badri Lc